Jumat, 23 September 2011

MODERNISASI

MAKNA MODERNISASI

Tulisan ini sekedar untuk meluruskan persepsi yang kurang pas mengeani makna modernisasi dalam masyarakat Indonesia.

Dahulu para wanita Jawa memakai kebaya dan rambut disanggul dan nampak anggun seperti “Kartini” yang diperankan oleh siswa putri dari taman kanak-kanak, SD, SMP hingga SMA dalam peringatan Hari kartini setiap tanggal 21 April. Disamping baju kebaya Jawa ditampilkan juga busana adat dari berbagai suku bangsa di Indonesia dan dalam acara peringatan tersebut diselenggarakan lomba memasak makanan tradisional. Sekarang kalau ada siswa putri yang rambutnya diekor kuda atau dikelabang dibilang ‘jadul’ oleh teman-temannya. Pada acara bebas di luar kampus/sekolah remaja putrid mengenakan busana ‘keke’ alisan busana mini dengan rambut yang dicat macam-macam. Para wanita dari mahasiswa, ibu rumah tangga, guru, pegawai bahkan nenek-nenek memakai celana panjang dan rambut dipotong pendek ala priya, mereka sudah merasa modern. Peralatan, busana, makanan, hobby dan kebiasaan atau pola hidup yang serba praktis mereka anggap sebagai bagian dari modernisasi.

Dari kisah nyata tersebut diatas, penulis ingin menggarisbawahi masalah modernisasi dalam konteks yang sebenarnya dan ini menjadi materi pelajaran sosiologi sma kelas XII IPS yang harus dipelajari.

Modernisasi merupakan perubahan masyarakat baik unsur sosial maupun kebudayaan dari hal yang tradisional menuju modern dalam segala aspeknya. Hal-hal yang bercorak tradisional yang ditengarai kurang cocok adalah pola kikir yang lebih cenderung irasional, monotun, fatalism, dan ikatan ikatan tradisional yang berupa adat-istiadat kadang-kadang memberi kesan ‘ribet’ melelahkan dan kurang praktis. Masyarakat mulai perpaling pada hal-hal yang praktis dan rasionalitis.

Bagi Negara yang sedang berkembang “modernisasi” merupakan cara yang dipilih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena cara-cara tradisional ternyata kurang cocok maka perlu perubahan. Cara yang ditempuh biasanya mengikuti pola yang dilakukan oleh Negara maju (di barat) yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengadakan industrialisasi dan mengembangkan ekonomi. Para ahli memberikan beberapa unsur sebagai konsep persyarakan perubahan tersebut. Konsep yang ditawarkan antara lain : masyarakat harus bersikap demokratis, aktif dan berani mengeluarkan pendapat, terbuka dan siap menerima perubahan, menghargai harkat orang lain, percaya pada keberhasilan ilmu pengetahuan, terlibat perencanaan dalam arti penerapan system managemen dalam kehidupan sehari-hari, menghargai waktu serta orientasi nilai budaya ke masa depan. Konsep tersebut harus diimbangi dengan cara berfikir ilmiah, system administrasi Negara yang rapi, pengumpulan data yang teratur, dan sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial dan peran serta media massa dalam memberikan informasi.

Dalam proses modernisasi sering masyarakat meniru dan menerapkan unsur budaya Barat apa adanya tanpa seleksi. Proses meniru budaya barat demikian disebut westernisasi. Westernisasi tidak dapat dielakkan berkat kemajuan teknologi bidang komunikasi baik melalui media cetak, elektronik dan internet.

Harapan : Masyarakat Indonesia modern tetapi masih tetap memiliki jati diri sebagai bangsa yang berbudaya ketimuran yaitu menjunjung tinggi nilai moral dan etika.

Mudah-mudahan tulisan di atas membatu anda yang sedang belajar sosiologi di kelas XII IPS.

Buatlah essay dan kirimkan ke guru pendamping matpel sosiologi! Judul : Modernisasi bukan Westernisasi

Kamis, 22 September 2011

masalah keguruan

MENYUSUN RENCANA EVALUASI

S

atu diantara tugas Guru adalah melakukan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi. Walapun melakukan evaluasi sudah menjadi tugas rutin, namun sering hanya sekedar kewajiban. Agar evaluasi benar-benar bermakna maka perlu disegarkan kembali pemahaman tentang evaluasi. Apakah evaluasi itu ? Mengpa perlu evaluasi, apa tujuan dn fugsinya ?

Evaluasi (evaluation : bhs.Inggris) berarti penilaian, yaitu merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan(Chalib Toha, 1990 : 1) Jadi evaluasi bukan sekedar menilai suatu kegiatan secara spontan dan incidental, melainkan melainkan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

Mengapa perlu evalasi ?

Alasan pertama bahwa evaluasi memiliki dua kepentingan yaitu apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dan untuk emperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar.

Alasan kedua mengevaluasi kegiatan belajar mengajar merupakan ciri dari pendidik profesional. Pekerjaan pendidik profesional meliputi menusun rencada belajar mengajar, mengorganisasikan, menata pengendalian, membimbing dan membina terlaksananya proses KBM secara relevan, efisien dn efektif, menilai program dan hasil belajar dan mendiagnosis factor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar sehingga dapat disempurnakanproses belajar mengajar selanjutnya.

Alasan ketiga, ditinjau dari kegiatan kelembagaan adalah merupakan kegiatan manajemen, yang meliputi kegiatan planning, programming, organizing, actuating, controling dan evaluating.

Ditinjau dari tiga alas an tersebut maka evaluasi dalam pendidikan adalah sangat penting baik dari segi profesionalisme pendidik maupun manajemen pendidikan.

Apakat tujuan dan fungsi evaluasi ?

Dalam bidang pengajaran evaluasi bertujuan menetapkan kompenti isi pengajaran spesifik yang dimilki oleh peserta didik dan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Dalahasil belajar untukmengetahi perbedaan kemampuan peserta didik dan untuk mengukur mereka baik secara individu maupun kelompok. Dengan hasil evaluasi guru dapat mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik dan selanjutnya dapat melakukan perbaikan terhadap cara belajar dan cara mengajar. Evaluasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengadakan selekksi dan hasilnya dapat berfungsi sebagai bahan untuk bimbingan konseling. Dari segi administrasif hasil evaluasi berfungsi untuk mengisi buku rapor, menetukan indeks prestasi, pengisian STTB, dan tentang ketentuan kenaikan kelas.

Perencanaan evaluasi :

  1. Menentukan indikator
  2. Menyusun kisi-kisi soal.
  3. memilih tipe soal.
  4. Merencanakan taraf kesukaran
  5. Merencanakan banyak sedikitnya soal.
  6. Merencanakan jadwal penerbitan soal.

A. Menentukan indikator.

Guru (pendidik) dalam menentukan tujuan evaluasi berpedoman pada Standar kompetensi(SK), Kompetensi dasar(KD) dan indicator. Tujuan evaluasi didasarkan pada pendekatan luas pengetahuan dan proses mental. Pendekatan luas pengetahuan artinya untuk mengetahui sejauh mana kompetensi dinidik terhadap penguasaan baham atau materi kurikulum, dan proses mental artinya tujuan evaluasi dengan jalan merinci secara spikis terhadap perubahan mental setelah dinidik menerima dan menglami bahan pelajaran yang telah diterapkan.

Dasar teori untuk menentukan tujuan belajar pada kurikulum yang berlaku saat ini(KTSP) adalah Taksonomi Hasil Belajar Bloom’s. Taksonomi ini dikenal secara populer dengan Taksonomi Bloom’m, sesuai dengan nama pencetusnya yaitu Benyamin S.Bloom. Dia membagi tiga aspek belajar yaitu : Cognitive domain, Affective domain dan Psicho-motor domain. Masing-masing domain disajikan dalam table berikut ini :

Cognitive domain

Tingkat/hasil belajar

Ciri-cirinya

1. Knoweldge

- jenjang belajar rendah

- kemampuan mengenal fakta-fakta

- kemampuan menghafal rumus definisi, prinsip

prosedur

- dapat mendiskripsikan

2. Comprehension

- mampu menejemahkan

- mampu menafsirkan, mendiskripsikan secara verbal

- mampu membuat estimasi

3. Application

- kemampuan menerapkan pelajaran dalam situasi baru

- kemampuan menerapkan prinsip/generalisasi pada

situasi baru

- dapat menyusun problema-problema sehingga dapat

menetapkan generalisasi

- dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari

prinsip dan generalisasi

- dapat mengenali fenomena bari dari prinsip dan

generalisasi.

- dapat meramalkan yang akan terjadi berdasarkan

prinsip dan generalisasi

- dapat melkukan tindakan tertentu berdasarkan prinsip

- dapat menjelaska alasa penggunaan prinsip dan

generalisasi.

4. Analysis

- dapat memisah-misahkan suatu integritas menjadi

unsur-unsur, menghubungkan antarunsur dan

mengorganisasikan prinsip-prinsip.

- dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsi.

- dapat meramalkan sifat khusus tertentu

- mengetengahkan pola tata hubungan dan sebab

akibat

- mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi

materiyang dihadapi.

- Meramalkan dasar sudut pandang atau kerangka

materi.

5. Synthesis

- menyusun unsur atau bagian-bagian menjadi

keseluruhan

- menemukan hubungan yang unik

- dapat merencanakan langkah yang konkrit

- dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesis, hasil

penelitian dan sebagainya.

6. Evaluative

- dapat menggunakan kriteria internal dan kriteria

eksternal.

- evaluasi tentang ketetapan suatu karya/ dokumen

(kriteria internal).

- menentuka nilai/ sudut pandang yang dipakaidalam

mengambil keutusan.

- evaluasi tentang keajegan dalam memberikan

argumentasi

- membandingkan karya yang relevan ( kriteria

eksternal).

- mengevaluasi karya dengan kriteria eksternal.

- membandingkan seumlah karya dengan sejumlah

kriteria eksternal.

. Sumber : Benyamin S Bloom(1979) dalam karya Chaleb Thoha, M; Drs; M.A.)

Affective Domain

Tigkat/ hasil belajar

Ciri-cirinya

1. Receiving

- aktif menerima dan sensitive(tanggap) dalam

menghadapi gejala-gejala.

- Siswa sadar tetapi sikapnya pasif terhadap stimulus.

- siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena

tetapi sikapnya mulai aktif.

- siswa mulai selektif arting sudah mulai melihat dan

memiih.

2. Responding

- bersedia menerima, menanggapi dan aktif

menyeleksi reaksi.

- compliance(manut), mengikuti sugesti dan patuh.

- sedia menanggapi atau merespon

- puas dala menanggapi

3. Valuing

- sudah mulai menyusun/ memberikan persepsitentang

obyek/fenomena.

- menerima nilai

- memilih nilai/ seleksi nilai

- memiliki sikap batin( memiliki keyakinan terhadap

nilai)

4. Organization

- pemilikan sistem nilai

- aktif mengkonsepsikan nilai di dalam dirinya

- mengorganisasikan sistem nilai(menjaga agar nilai

menjadi aktif da stabil)

5. Characterization by

a value or value

complex

- menyusun berbagai macam nilai menjadi nilai yang

mapan dalan dirinya

- predisposisi nilai(terapan dan pemilikan system nilai)

- karakteristik pribadi atau internalisasi nilai(nilai

sudah menjadi bagian yg melekat pada pribadinya).

Psycho-motor domain

Tingkat/hasil belajar

Cirinya

1. Perseption

- mengenal obyek melalui pengamatan inderawi

- mengolah hasil pengamatan (dalam pikiran)

- melakukan seleksi terhadap obyek(pusat perhatian)

2. Set

- mental set, atau kesiapan mental untuk beraksi

- physical set, kesiapan fisi untuk beraksi.

- emotional set, kesiapan perasaan utuk beraksi.

3. Guided Response

- melakukan imitasi(peniruan)

- melakukan trial and eror

- pengembangan espon baru

4. Mechanism

- mulai tumbuh performance skill dalam berbagai

bentuk

- respon-respon baru muncul dengan sendirinya

5. Complex over

Response

- sangat terampil, yang digerakkan oleh aktivitas

motoriknya.

6. Adaptation

- pengembangan ketrampilan individu untuk gerakan

yang dimodifikasi

- pada tingkat yang tepat untuk menghadapi problem

Solving

7. Origination

- mampu mengembangkankreativitas gerakan-gerakan

baru untuk menghadapi bermacam-macam situasi,

atau problem-problem yang spesifik.

B. Membuat kisi-kisi soal.

Tujuan menyusun kisi-kisi soal adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi si penyusun soal. Format kisi-kisi memuat Standar kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun kisi-kisi soal adalah tingkat kesukaran (mudah, sedang dan sukar), validitas isi, dan indikator yang diformulasikan dari taksonomi Blom’s yakni :

  1. kemampuan ingatan 15 %
  2. pemahaman 15 %
  3. kemampuan aplikasi 20 %
  4. kemampuan sintesis 20 %
  5. kemampuan analisis 20 %
  6. kemampuan evaluatif 20 %

C. Memilih tipe soal

Beberapa pertimbangan yang dipakai untuk menentukan tipe soal yaitu :

  1. kesesuaian tipe soal dengan materi
  2. kesesuaian tipe soal dengan tujuan evaluasi
  3. kesesuaian tipe soal dengan skoring
  4. kesesuaian tipe soal dengan pengolahan hasil
  5. kesesuaian tipe soal dengan administrasi tes
  6. kesesuaian tipe soal dengan dana dan kepraktisan.

Tipe soal yang dimaksud adalah pilihan ganda, esai, menjodohkan, benar-salah (pelaksanaannya dapat berupa tes perbuatan , tes lisan tau tes tetlis.)

D. Menentukan Tingkat kesukaran Soal

Pada ummnya menentukan tingkat kesukaran soal setelah melalui uji coba. Hasil dari uji coba dapat dipakai sebagai prediksi soal tersebut sulit, sedang atau mudah. Untuk jenis soal uraian kriteria tgkat kesukaran sudah dapat diperkirakan tanpa diujicobakan.Sebaran tingkat kesukaran soal sebaiknya memiliki sebaran yang merata .jika guru menggunakan acuan patokan, maka tingkat kesukaran hendaknya dibuat dalam radius disekitas daerah rata-rata tetapi jika menggunakan acuan kelompok penyebaran tingkat kesukaran dapat diperlonggar.

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan mengisyaratkan penggunaan acuan patokan yakni nilai berjenjang antara 0 – 100. Dan metode belajar yang digunakan adalah martery learning atau metode belajar tuntas yang menekankan penguasaan materi dari kemampuan kreatif peserta didik. Patokan yang dipakai sebagai pembanding keberhasilan belajar, yakni berapa persen dinidik dapat menguasai materi pelajaran. Idialnya 100 persen, tetapi secara nasional minimal 75 persen dan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) sekolah sangat bervarisi berdasarkan analisis intake input, daya dukung, kompleksitas dan esensial materi yang dipelajari.

D. Menentukan banyak sedikitnya soal.

Untuk menentukan jumlah soal harus disesuaikan dengan luasnya materi yang tertuang dalam indikator, tujuan dan waktu yang tersedia. Isalnya untuk soal obyektif dengan 5 pilihan cukup dengan waktu 10-15 detik per item soal sedangkan asosiasi pilihan ganda butuh akktu 30-60 detik. Jika tes matematika dapat memakan waktu 3-5 menit per butir soal.

E. Merencanakan jadwal penerbitan soal

Dalam merencanakan tes perlu diperhatikan kapan soal harus selesai ditulis dan waktu penggandaan soal apalagi jika sekolah belum memilk tenaga profesinal untuk hal ini.

Program Evaluasi dalam penerapan KTSP

Bagian-bagian yang harus ada dalamprogram evaluasi :

  1. Standar Kompetensi
  2. Kompetensi dasar
  3. Indikator
  4. Jenis tagihan
  5. Alokasi waktu
  6. Jumlah soal

Contoh Format Program Penilaian

SK : ...................

No

KD (nomor)

Indikator

Jenis tagihan

Alokasi waktu

Jml. soal

Contoh Soal

Sie kurikuum SMAX Bandarlampung

NILAI DAN NORMA

Untuk adik-adik kelas X1 dan X2
sekarang kalian akan belajar PKn tentang
Nila, Norma dan Hukum


Nilai dan norma
Ketika baru di rumah mama bertanya " Ani, mendapat berapa nilai ulanganmu?" Ani menjawab:" Ma aku mendapat nilai 80" Bagus ! timpal mama, tingkatkan belajarmu biar kalu ulangan lagi mendapat nilai 90.
Dari percakapan tersebut, nilai berarti ponten atau angka kepandaian. Dalam pengertian yang luas NILAI bukan sekedar angka ponten. Theodorson, dalam buku Sosiologi yang ditulis oleh Nurseno dideskripsikan bahwa nilai adalah suatu yang abstrak yang dijadikan pedoman serta prinsip umum dalam bertindak atau bertingkah laku. Koentjaraningrat menyebutnya dengan pengertian bahwa nilai terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap amat mulia, sejalan dengan pendapat Woods bahwa nilai adalah petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Betapa pentingnya nilai dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena nilai dapat dipakai sebagai ukuran dalam menetapkan harga sosial dari pribadi dan kelompok.Nilai juga mengarahkan cara berpikir dan bertingkahlaku, pengaw serta sebagai alat solidaritas.
Menurut sudut pandng yang berbeda, ada yang disebut nilai kebenaran yang bersumber pada akal manusia, nilai keindahan bersumber pada unsur perasaan, nilai moral bersumber pada kehendak dan hati nurani, nilai religius berhubugan dengan keyakinan /kepercayaan, ada pula nilai yang berhubungan dengan kebendaan, kesehatan dan undang-udang atau peraturan negara.
bagi manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga negara nilai menjadi target yang harus dicapai, mengingat sekarang ini ada indikasi kemerosotan nilai moral di kalangan remaja, kemerosotan nilai kejujuran dan kedisiplinan.
Nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari selalu berdampingan dan berkaitan. Ibarat nilai adalah tujuan yang harus dicapai dan norma adalah alat untuk mencapai tujuan tersebut. Norma berupa peraturan-peraturan yang disertai sanksi. Sanksi sebagi penguat agar norma tersebut tidak dilanggar. Menurut kekuatan mengikatnya, norma dibedakan dari yang paling lemah sanksinya sampai yang paling kuat sanksinya, yaitu : cara atau usage, kebiasaan atau folkways, tata kelakuan atau mores dan adat istiadat atau custom. Ada bermacam-macam norma dalam masyarakat, yaitu norma agama, norma kesopanan, norma kelaziman, norma kesusilaan dan norma hukum.

pelajari dulu tentang nilai dan norma, sebelum mempelajari tentang hukum di Indonesia.